Selasa, 04 Mei 2010

Hikmah Isra Miraj

Oleh Zaprulkhan

ISRA Miraj merupakan peristiwa sakral tentang perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Bayt Al-Maqdis, kemudian naik ke Sidrat Al-Muntaha, bahkan melampauinya, dan kembali lagi ke Makkah dalam waktu yang sangat singkat.

Pertanyaannya, apakah hikmah keagungan peristiwa Isra Miraj tersebut? Tentu saja sulit untuk menguraikan hikmah keagungan peristiwa akbar tersebut secara terperinci. Sebagian ulama menyatakan bahwa untuk mengimplementasikan misi Allah, maka Dia menyibak semesta rahasia alam fisikal dan spiritual kepada Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa sakral Isra Miraj.

Sebagian ulama lain mengungkapkan bahwa peristiwa Isra Miraj dihadirkan oleh Allah untuk memahami secara faktual ayat-ayat kauniyah (fisikal) di samping sebagai pelengkap ayat-ayat qauliyah (tekstual, Al-Quran). Namun dalam paradigma Al-Quran, menurut Quraish Shihab inti dari peristiwa Isra Miraj adalah perintah menjalankan shalat lima waktu (lihat QS. 16: 78).

Karena kemuliaan sebuah peristiwa disebabkan kemuliaan sesuatu yang terjadi dalam peristiwa tersebut, maka pertanyaan selanjutnya bagaimanakah hikmah kemuliaan shalat? Lagi-lagi tidak mudah untuk menguraikan detil-detil hikmah kemuliaan shalat..

Kendati demikian, mari kita menyingkap hikmah keagungan peristiwa Isra Miraj melalui keagungan shalat dengan memotret cuplikan ayat pendek yang selalu kita senandungkan sebanyak tujuh belas kali dalam shalat kita sehari semalam, yaitu ihdinash shirathal mustaqim: tunjukilah kami jalan yang lurus. Kita akan membingkai lima hikmah makna keagungan dari ayat singkat tersebut.
.
Pertama, dengan menyenandungkan ayat tersebut, kita menyadari bahwa kita belum mengamalkan ajaran Islam secara kaffah. Boleh jadi kita masih sering berbuat maksiat baik secara lahiriah maupun secara batiniah. Satu waktu Anda berada dalam ketaatan, di lain waktu Anda hanyut dalam kemaksiatan. Satu kesempatan Anda menjadi orang yang ahli ibadah, pada kesempatan lain Anda menjadi orang yang ahli maksiat. Secara terang-terangan Anda tunjukkan kesalehan Anda kepada orang lain, namun dalam kesendirian acapkali Anda melakukan kedurhakaan. Di rumah Tuhan Anda seolah-olah menjadi seorang malaikat yang patuh, tapi di kantor Anda berubah menjadi seorang koruptor yang membuat bangsa ini keropos.

Begitu pula jika Anda mampu menjauhi berbagai maksiat lahiriah, sanggupkah Anda menghindari maksiat batiniah? Jika Anda mampu menjaga kedua mata, mengekang lisan, kedua tangan dan kaki Anda dari perbuatan maksiat, sanggupkah Anda terbebas dari puspa ragam penyakit hati?

Kalau Anda mampu menjauhi kesombongan, bisakah Anda terbebaskan dari penyakit ujub? Bila Anda bisa melepaskan bahaya kedengkian, dapatkah Anda mengeluarkan penyakit hubbud dunia (cinta dunia yang membabi buta) dari wilayah kalbu Anda?

Dan apabila Anda tidak kikir, mampukah Anda menghindari jebakan-jebakan riya yang dihembuskan setan dengan amat lembut, samar, dan tak tersentuh oleh kebanyakan nalar manusia? Dengan perspektif ini, maka kita harus senantiasa mengucapkan doa singkat tersebut.

Kedua, sebagai konsekuensi dari yang pertama, doa itu kita butuhkan untuk memperbaiki kualitas keimanan kita, karena setiap kita sangat rentan untuk tersandung dalam perbuatan-perbuatan munkar.

Saat berbuat kesalahan, maksiat, dan kedurhakaan, Anda masih berada dalam naungan Islam, namun cahaya keimanan Anda ternodai gelapnya dosa-dosa yang menyelubungi kalbu Anda.

Inilah yang diisyaratkan oleh Rasulullah SAW dengan lingkaran Islam yang paling besar dan di dalamnya ada lingkaran iman.

Tatkala seorang mengerjakan kemaksiatan atau dosa-dosa besar, boleh jadi ia sudah kehilangan imannya yang hakiki walaupun ia masih seorang Muslim..

Itu artinya kita sudah menyimpang dari jalan yang lurus sehingga doa itu perlu kita kumandangkan setiap waktu.

Ketiga, dengan melantunkan ayat pendek itu kita diajarkan untuk bersikap rendah hati kepada sesama manusia. Kenapa demikian?

Karena yang mengetahui jalan yang lurus dan benar secara hakiki hanya Allah semata. Ayat pendek ini berpesan agar dalam pergaulan hidup dengan manusia lain, saat berdiskusi, berkumpul, dan berdialog, adalah sangat arif dan bijak. Bila kita mau mendengarkan pendapat pihak lain sesederhana apapun argumentasi mereka dan tidak memaksakan apalagi memutlakkan pendapat kitalah yang harus diterima dan paling benar. Doa ini mengajarkan kita mengakui kerelatifan wawasan dan ilmu pengetahuan yang kita miliki.

Keempat, dalam doa singkat itu terkandung makna solidaritas sosial. Kita menyibak pengertian ini melalui sudut pandang gramatikal. Frase ihdina dalam ayat itu menggunakan dhomir mutakallim maal ghoir, (na), yang berarti kami.

Ketika Anda shalat berjamaah ataupun sendirian, Anda tetap harus memakai dhamir na, kami dan tidak boleh diganti dengan dhomir mutakallim wahdah, hanya Anda sendiri sehingga menjadi ihdini, tunjukilah aku. Apa maksudnya? Melalui doa ini kita melakukan ikatan persaudaraan spiritual dengan setiap Muslim yang melintasi batas-batas sektoral, kultural, teritorial, geografis, maupun bangsa dan negara.

Secara biologis-fisikal, kita memang tidak kenal dengan orang-orang Muslim di Amerika Serikat, Inggris, Bosnia, Palestina, Cina, dan mungkin tidak akan pernah berkenalan dengan mereka, namun secara psikologis-spiritual mereka semuanya harus terangkum dalam kidung suci doa-doa kita. Jadi secara batiniah setiap orang Islam tidak terpisah, kita semua menyatu dalam bingkai lafaz: ihdinash shirathal mustaqim.

Terakhir, sebagai konklusi dari semua makna di atas, ayat pendek itu mendidik kita agar berdoa secara universal bukan partikular; secara kulli (menyeluruh, holistik) bukan juzi (sebagian, parsial). Kalau Anda hanya berdoa agar diberi kekayaan, menjadi seorang menteri atau menjadi seorang pengusaha besar, sebenarnya Anda sudah terjebak dalam kategori doa juzi, bukan kulli.

Namun ketika Anda melantunkan ihdinash shirothol mustaqim, sesungguhnya doa itu sudah merangkum segala damba-damba Anda, termasuk yang tak teraspirasikan dalam benak Anda. Dan sangat mungkin sekali, Allah akan memberikan yang terbaik kepada Anda dan sangat sesuai dengan kapasitas diri Anda, walaupun hal itu bukan yang Anda inginkan.

Pada titik inilah, kita melihat betapa mulianya hikmah shalat. Kalau cuplikan ayat singkat yang kita baca dalam shalat itu saja sudah mengandung makna kebajikan secara vertikal dan horisontal, lalu bagaimana dengan makna ayat-ayat lainnya?

Jika penggalan singkat ayat itu saja sudah bisa mengantarkan setiap kaum Muslim meraih puncak kebahagiaan hari ini dan di hari mendatang, kira-kira bagaimana dengan kagungan hikmah lafaz-lafaz lain yang selalu kita baca dalam shalat? Pada konteks ini pula, kita melihat betapa agungnya peristiwa Isra Miraj bagi kita semua.

Karena itu, dalam memperingati peristiwa Isra Miraj kali ini, mari kita perbaiki ibadah shalat kita. Mari kita pahami, hayati, dan amalkan makna-makna lafaz yang selalu kita baca dalam shalat, dengan harapan semoga Allah membimbing kita ke jalan yang lurus dan menganugerahkan kebahagiaan duniawi-ukhrawi. Amin


Chicken

Goose

Umbrella

Mumun n Yyg

Eraser

Scissors

Baby Bottle

Table

Di Makam Pahlawan

Sufiyah n Yyg

Best Colour

For Kids

Beatiful

Colouring

Cat